Tampilkan postingan dengan label Warta Gereja. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Warta Gereja. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 29 Oktober 2016

60 tahun GKI di Papua dinodai dengan kerusuhan di Manokwari

- 0 komentar

Menandai 60 tahun Gereja Kristen Injili (GKI) di Papua dinodai dengan kerusuhan di Manokwari kendati pihak Kepolisian telah berhasil mengendalikan situasi pasca aksi massa berdarah 26 Oktober.

Dalam aksi massa itu seorang meninggal, sejumlah orang terluka, termasuk Danramil. Pos polisi dirusak, enam sepeda motor dibakar dan ada upaya massa untuk membakar sejumlah kantor.

Kronologi peristiwa berdarah itu masih belum jelas akibat adanya berbagai versi. Satuharapan.com mendapatkan sejumlah data yang masih memerlukan verifikasi.

Peristiwa itu terjadi pada 26 Oktober yang adalah hari libur resmi di Tanah Papua, termasuk di Manokwari. Hari itu diperingati sebagai hari lahirnya GKI di Tanah Papua 60 tahun silam – 26 Oktober 1956.

Namun, kata Yan Christian Warinussy, direktur LP3BH Manokwari, hari bersejarah ini dinodai oleh peristiwa yang menyedihkan. 

Awalnya adalah ketika seorang anak muda bermarga Pauspaus asal Fakfak mengalami tindakan kekerasan. Ia ditikam dengan pisau oleh dua orang pelaku yang diduga berasal dari Sulawesi Selatan (Bugis Makassar) di seputaran kawasan Sanggeng-Manokwari.

Akibatnya, sejumlah kerabat dan teman dari korban tidak terima dan melakukan pemalangan jalan Yos Sudarso dengan cara membakar ban serta melakukan tindakan hendak mencari sang pelaku penusukan/penikaman tadi.

Aparat kepolisian dari Polres Manokwari yang didukung oleh Brimob Polda Papua Barat dan personel polisi Polda Papua Barat, dipimpin langsung Kapolda Papua Barat, Brigjen Pol Royke Lumowa, langsung turun mengamankan situasi.

Tapi, menurut Yan Christian, berdasarkan informasi dari warga sipil di kawasan Sanggeng, aparat polisi kemudian melakukan tindakan menembak secara membabi-buta hingga mengakibatkan jatuh korban di pihak warga sipil Sanggeng.

Menurut informasi warga yang belum diverifikasi, terdapat 7 (tujuh) korban luka tembak senjata api, salah satunya Ones Rumayom, 45, yang kemudian meninggal. Selebihnya, Erik Inggabouw, 18, dan 5 (lima) orang lain yang masih diidentifikasi identitasnya.
Mereka berenam saat ini masih dirawat di Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Dr. Ashari – Biryosi, Manokwari-Papua Barat.

Meninggal bukan karena tembakan

Sementara itu keterangan pihak Kepolisian Papua Barat mengatakan bahwa berita yang beredar mengatakan korban penikaman ususnya terurai, tidak benar. Luka yang benar adalah di punggung. Saat ini korban masih dirawat di RS AL Manokwari.

Menurut polisi, peristiwa bermula dari korban, Vijay Pauspaus, makan di warung kaki lima. Ia dikatakan membuat kekacauan dengan tidak membayar dan merusak warung.

Pada perkembangannya ada kesanggupan dari korban untuk membayar tetapi sudah terlanjur terjadi kesalahpahaman.

Warga sekitar warung menegurnya, tetapi tidak digubris. Akhirnya terjadi perkelahian yang mengakibatkan luka tusuk pada korban.

Warga Sanggeng yang merupakan daerah asal korban, marah mendengar kejadian itu lalu melakukan penyerangan terhadap polisi/patroli rayon. 

Pos dirusak, enam sepeda motor dibakar. Massa pun dilaporkan mencoba membakar kantor BRI dan bangunan di sekitarnya.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian telah menginstruksikan jajarannya untuk mencari pelaku penembakan. Dipastikan Tito pelaku penembakan akan diproses jika terbukti melakukan pelanggaran hukum.

“Tentunya, termasuk proses penembakan tersebut oleh siapa, sesuai prosedur atau tidak. 

Kalau ada pelanggaran hukum kita akan proses, kalau ada penegakan disiplin kita akan tegakan, kalau dia melakukan pembelaan diri kan lain lagi,” kata Tito di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (27/10), seperti dilansir Satuharapan.com.

sumber : disini
[Continue reading...]

Jumat, 28 Oktober 2016

Doa Bapa Kami Dipanjatkan di Irak Rayakan Kekalahan ISIS di Kota Batella

- 0 komentar


BARTELLA, - Kendati keadaan belum aman sepenuhnya, beberapa orang Kristen Asyur telah berani pulang ke kampung halaman mereka di kota Bartella, sebuah kota di bagian utara Irak yang mayoritas penduduknya beragama Kristen. 

ISIS telah kalah dan berhasil dihalau dari kota itu.

Mereka menegakkan kembali salib yang pernah dilenyapkan. 

Mereka memasuki ruang gereja yang berantakan dan memanjatkan Doa Bapa Kami, doa universal yang diajarkan Yesus kepada umat Kristen yang mengajarkan kepasrahan, pengharapan dan pengampunan.

Kelompok ekstremis Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS telah dua tahun mengendalikan kota itu. 

Tetapi sejak awal pekan ini, mereka digempur dan takluk kepada pasukan Irak yang didukung oleh koalisi pimpinan AS. ISIS praktis telah terhalau dari kota itu.

Ini mendatangkan sukacita bagi warga Kristen Asyur. Los Angeles Times menggambarkan sukacita itu lewat Hussam Matti, salah seorang penduduk Bartella, yang pulang dan merayakan kekalahan ISIS. 

Ia berlutut ke tanah, meraih dua genggam tanah dan menuangkannya di atas kepalanya. Itu cara dia merayakan telah kembalinya dirinya ke Bartella.

"Ini adalah bumi Bartella," teriaknya. "Ini tanah kami."

Pasukan pemerintah awal pekan ini merebut kembali kota Bartella, yang jaraknya delapan mil di sebelah timur Mosul. 

Namun sampai hari Sabtu, suara desing peluru dan pertempuran masih berlangsung. Kota ini merupakan jalur penting menuju Mosul, kubu utama terakhir ISIS.

Pertempuran juga masih terus berlangsung di Kirkuk, 100 mil di sebelah tenggara Mosul, di mana militan ISIS sebelumnya telah meluncurkan kontra-serangan besar. 

Para pejabat lokal mengatakan sedikitnya 80 orang tewas dalam operasi itu, sebagian besar aparat keamanan Kurdi, dan sekitar 170 luka-luka.

Mayat 56 gerilyawan ISIS telah diangkut dari kota itu, kata para pejabat setempat.

"Hampir semua teroris yang masuk Kirkuk telah dieliminasi, dan kami memiliki kontrol penuh, kecuali mungkin satu daerah di mana mereka sedang dpaksa akan keluar," kata Perdana Menteri Irak Haider Abadi setelah pertemuan di Baghdad dengan Menteri Pertahanan AS Ash Carter pada hari Sabtu.

Pulang ke Rumah adalah Perayaan

Dikuasainya Bartella dianggap sebagai langkah besar karena sebelumnya ini merupakan rintangan penting menuju Mosul. 

Dan bagi warga, kembali untuk pertama kalinya ke Bartella  sejak militan ISIS diusir pekan ini, merupakan perayaan.

Dulu mereka tidak pernah terpikir kota kecil berpenduduk 20.000 ini akan jatuh ke dalam cengkeraman ISIS. 

Tetapi dua tahun lalu ISIS memasuki kota dan mengumumkan kekhalifahan mereka.

Beberapa minggu setelah Mosul jatuh, warga Bartella masih berkumpul di kafe-kafe kecil minum kopi dan bermain domino. Mereka masih yakin bisa tinggal di kota itu. 

Lalu para jihadis ISIS menghancurkan semua ketentraman. Mereka menghabisi tentara pasukan Kurdi yang menjaga Bartella.

Para warga Kristen itu pun mengungsi.

Minggu ini, dalam kampanye untuk membebaskan Mosul, anggota pasukan elit Counter-Terrorism Services Irak menghalau militan ISIS dari Bartella. Itu merupakan pertempuran yang brutal.

Tembak-menembak terjadi di jalanan dan di berbagai front.

Pasukan Irak berhasil sepenuhnya merebut kembali kota Bartella, walau masih menghadapi perlawanan di beberapa kantong perlawanan.

Bagi Matti, meskipun masih berbahaya, tidak ada ketakutan untuk pulang, setelah dua tahun mengungsi ke Baghdad.

"Dalam dua tahun ini saya (serasa) mati. Sudah 32 tahun saya hidup -- saya akan melupakan mereka (ISIS). 

Sekarang saya lahir kembali," kata dia, didampingi beberapa anggota pasukannya, semuanya adalah milisi Kristen Kurdi.

Mereka membawa dua potong kayu untuk dijadikan berbentuk salib. Mereka membawanya ke puncak Mar Smony, gereja di sisi timur kota. 

Mereka mengangkat salib ke atas kubah gereja dan menghiasinya dengan bendera Irak. 

Salah seorang dari mereka, dengan sentuhan upacara, menyusun dekorasi kandang Natal yang ia dapatkan dari dalam ruangan gereja yang sudah hancur.

Para pejuang ISIS telah merubuhkan semua salib ketika mereka menyerbu kota itu dua tahun lalu.

"Saya tidak tahu apa yang harus dilakukan. 

Menangis? Tertawa? Saya belum percaya ada di sini, " kata Khaled Shamoun, seorang milisi Kristen berusia 52 tahun, memandang salib ketika seorang prajurit membunyikan lonceng gereja terdekat.

Shamoun telah kembali dari Baghdad empat hari sebelumnya bersama dengan anaknya untuk bergabung dengan milisi Kristen lain di daerah itu. 

Ia sangat ingin pergi ke kampung halamannya Qaraqosh, sebuah kota Kristen Asyur terletak 20 mil sebelah tenggara Mosul, yang masih dikuasai ISIS.

Para milisi itu kemudian masuk ke dalam gereja di antara buku-buku doa yang hangus dan mimbar kayu yang porak-poranda. 

Mereka duduk di bangku di depan altar kuno gereja Mar Shmony. Serempak mereka memanjatkan Doa Bapa Kami.

Gereja yang berantakan itu mengingatkan mereka pada apa yang pernah hilang: Mar Shmony dulunya tempat yang elegan untuk beribadah. 

Ia kini hancur. Di beberapa tempat, ada tulisan-tulisan grafiti yang dipakai ISIS untuk menegaskan bahwa mereka menguasai properti itu.

Kemenangan yang Pahit

Bagi beberapa orang seperti Saher Shamoun, seorang tua yang datang untuk memeriksa rumahnya, kemenangan atas ISIS itu terasa pahit.

Dia menatap tumpukan batu dan baja, sisa-sisa dari rumahnya yang diruntuhkan. Rumah itu dia bangun dengan menabung dari gajinya sebagai pegawai pemerintah.

Meskipun ia telah mendengar dari teman dan melihat gambar satelit dari Google Earth yang menunjukkan bahwa rumahnya telah hancur, dia bersikeras datang untuk melihat sendiri.

"Ketika saya melihat itu hati saya terkatup," katanya. "Anak-anak saya tinggal dan menikah di sini, dan anak-anak mereka tinggal di sini." Dia mengatakan dia tidak memiliki uang untuk membangunnya kembali.

"Orang-orang akan datang dan kembali ke rumah mereka .... Apa yang akan saya lakukan, memasang tenda? "kata dia penuh ironi.

sumber : disini
[Continue reading...]

Kamis, 27 Oktober 2016

Siswa Kristen Dilarang Belajar Agama di Kelas

- 1 komentar

PEKANBARU  - Sejumlah siswa SMK Negeri 1 Peranap yang beragama Kristen mengaku diperlakukan diskriminasi oleh pihak sekolah terkait bidang studi Agama Kristen. 

Larangan proses belajar agama Kristen yang tidak diperbolehkan di dalam kelas sudah lama berlangsung. Berdasarkan informasi yang diperoleh larangan itu berasal dari para guru yang disetujui kepala sekolah. 

Kepala sekolah dan sejumlah guru disebut-sebut tidak mengijinkan proses belajar mengajar didalam kelas untuk bidang study agama Kristen. Hal itu diungkapkan oleh Devi Sianturi siswi kelas X SMK Negeri 1 Peranap, Senin (24/10). 

Hal senada juga dituturkan oleh Ika Silalahi siswi SMK Negeri 1 Peranap, Senin 24 (10/16) bahwa proses belajar mengajar pendidikan agama kristen tidak diperbolehkan di dalam kelas. 

"Kami tidak pernah belajar Agama Kristen Pak, untuk mendapatkan nilai agama Kristen kami selalu meminta dari gereja masing-masing, karena tidak ada pelajaran agama Kristen di sekolah," katanya. 

Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Peranap, Fatoni, ketika dikonfirmasi di kantornya Senin (24/10), mengakui bahwa siswa yang beragama Kristen itu tidak diizinkan di ruang kelas. 

Menurutnya, larangan itu dikeluarkan karena  takut ada ancaman dari pihak-pihak yang intoleran. 

"Saya takut masyarakat di sini kan (daerah Peranap-red) mayoritas beragama Islam," ujarnya. 

Dikatakan, bahwa jumlah siswa Kristen di SMK Negeri Peranap mencapai 80 orang dan untuk mendapatkan nilai untuk rapor mereka, justru siswa sendiri yang harus berusaha dari pendeta masing-masing. 

Ditanya solusinya agar siswa itu punya guru Agama Kristen, kepala sekolah menjawab akan berkoordinasi dengan Komite sekolah dan Dinas Pendidikan Kabupaten. 

"Inikan tidak bisa saya putuskan sekarang, harus ada prosedur untuk pengajuan guru agama Kristen," katanya.

sumber : disini
[Continue reading...]

Rabu, 26 Oktober 2016

Pendeta Chicsgo AS, Tembak rekan sesama Pendeta. Setelah Berdebat tentang Alkitab

- 0 komentar


CHICAGO - Seorang pensiunan pendeta Gereja Baptis tewas ditembak mati oleh seorang pendeta lainnya setelah mereka berdebat mengenai ayat-ayat Alkitab di sebuah panti jompo di Chicago, AS.

Allen Smith, berusia 80 tahun, adalah seorang pendeta lulusan Yale Divinity School, tewas ditembak oleh Ted Merchant, 67 tahun, seorang pendeta yang sehari-hari menggunakan kursi roda. 

Keduanya, menurut The Chicago Tribune, mengelola sebuah gereja pada panti jompo yang bernama Senior Suites of Rainbow Beach.

Peristiwa mengerikan itu terjadi pada hari Senin dini hari (7/9), berlangsung ketika mereka duduk di teras belakang panti, melakukan diskusi rutin tengah malam tentang ayat-ayat Alkitab.

Lalu Merchant menarik pelatuk pistolnya yang menyebabkan meninggalnya Smith. Smith mendapat tembakan dua kali di kepalanya.

Merchant sempat melarikan diri dengan kursi roda bermotornya, namun berhasil ditangkap tiga blok dari kejadikan sekitar pukul 06;00 pagi harinya. 

Ia kemudian didakwa dengan pembunuhan tingkat pertama dan akan menghadapi pengadilan pada hari Rabu.

Polisi mengatakan penembakan itu tertangkap kamera. Tiga orang saksi mata mengatakan Merchant sebagai pelakunya.

Para penghuni panti mengatakan terkejut atas kejadian itu. Sebab keduanya adalah sahabat.

"Mereka selalu berada di luar sana [di teras] sepanjang waktu," kata Dorothy Hull, salah seorang penghuni panti.

"Mereka berbicara tentang ayat-ayat Alkitab dan ide-ide tentang Tuhan. Mereka selalu berdebat kecil tentang hal-hal seperti itu. Ini sangat mengejutkan," tambahnya.

"Saya tidak pernah bisa terlibat karena dia  (Merchant) menjalankan sebuah gereja di ruang komunitas setiap Minggu pagi. 

Dia sudah pensiun juga, tapi dia masih menjalankan  gereja. Saya  tidak bisa percaya dia melakukan itu," kata dia lagi, sebagaimana dilansir dari christiantoday.com.

The Christian Today mencoba menghubungi Kepolisian Chicago untuk rincian lebih lanjut tentang mengapa Smith ditembak mati tapi perwakilan media dari instansi itu tidak tersedia untuk menanggapi pertanyaan.

Laman resmi gereja Christian Tabernacle Baptist Church (CTBC) di Hamden, Connecticut, mengatakan gereja itu didirikan oleh Smith pada tahun 1962  setelah sebelumnya bekerja dalam pelayanan di New York City.

"CTBC mengadakan layanan pertama ibadah pada 8 Juli 1962. Pada 5 Agustus 1962, kelompok ibadah yang baru terbentuk menerima 54 orang sebagai anggota pertama. 

Jemaat gereja baru diselenggarakan di bawah kepemimpinan pastoral dari Pdt Allen H . Smith, lulusan Yale Divinity School," demikian bunyi keterangan di laman gereja tersebut.

Menurut laman facebook gereja itu, upacara pemakaman Smith dilaksanakan pada pukul 19:00 hari Rabu.

"Sedih karena saya tidak berada di sana. Tetapi saya akan bersama mereka dalam roh. 

Yang menarik, hari ini 48 tahun yang lalu Pendeta Smith di tempat ini memberkati  orang tua saya dalam perkawinan suci. 

Mereka pasti akan merindukan dia, "tulis Michelle Wright dalam menanggapi pengumuman kematian Smith
Wilfred Sealy menambahkan, "Sangat menyedihkan bagi seorang hamba Allah yang diambil dari kita dengan cara seperti ini. Kita harus terus berdoa hari demi hari."

sumber : disini
[Continue reading...]

Selasa, 25 Oktober 2016

Hidayah mengenai Toleransi yang di dapet dari Kehidupan Umat Katolik di Flores

- 0 komentar

Saat aku masih kecil sering diceritakan oleh Ibuku tentang Indonesia yang beraneka ragam, baik bahasa, suku, agama dan warna kulit, oleh Ibuku sering disebut Bhinneka Tunggal Ika. 

Ibuku suka sekali bercerita, tentang sejarah, legenda dan tokoh-tokoh dunia, tapi yang paling aku sukai saat Ibu bercerita tentang agama. 

Bukan tentang surga atau neraka seperti yang sering disampaikan oleh guru agamaku di sekolah.

Tentang agama, Ibuku sering bercerita tentang kisah pengorbanan Yesus dan kelembutan hatinya, tentang dewa-dewa umat Hindu, kisah pencerahan sang Buddha, dan juga tentang akhlak nabi Muhammad yang sangat beliau kagumi. 


Kata Ibuku kala itu, semua agama mengajarkan kebaikan dan penuh kedamaian.

Saat aku duduk di kelas dua SD aku pernah bertanya kepada Ibu, “Bu, apakah orang Budha, Katolik, dan Hindu akan masuk surga?” Dijawab oleh Ibuku bahwa mereka semua juga akan masuk surga. 

Sayangnya jawaban seperti yang disampaikan oleh Ibuku tidak akan aku dapatkan lagi dalam ruang-ruang keluarga di Indonesia saat ini.

Saling curiga, sesat menyesatkan, mengkafirkan orang lain dan klaim agama yang paling benar lebih mendominasi kehidupan beragama kita hari ini. Andai Ibuku masih hidup tentu beliau akan bersedih.

Oh ya ada baiknya aku ceritakan terlebih dahulu latar belakang keluargaku. Ibuku dilahirkan dari keluarga dengan pemahaman agama yang sangat konservatif, keluarga Ibuku adalah pengikut organisasi keagamaan Lemkari atau yang saat ini dikenal dengan nama LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia). Organisasi ini dianggap sesat oleh sebagian kalangan umat Islam di Indonesia.

Sedangkan Bapakku seorang abangan tulen, beliau tidak akrab dengan ritual keagamaan. Tempat tinggal kami, merupakan basis Islam yang kaya akan tradisi keagamaannya, ada dua pesantren NU di dekat rumah kami. Aku tumbuh dengan warna-warni perbedaan.

Walaupun dibesarkan dalam keluarga konservatif, soal agama Ibuku sangat moderat. Kata Ibuku, perbedaan bukan menjadi sebuah halangan, termasuk dalam keyakinan beragama. Soal perbedaan keyakinan ini Ibu pernah bercerita tentang salah satu adik perempuannya yang menikah dengan orang yang beragama Katolik. Perbedaan keyakinan yang menjadi pertentangan keluarga saat itu, kata Ibuku bisa didamaikan dengan dialog terus menerus.

Soal pandangan politik, antara Ibu dengan Bapak juga bagai minyak dengan air, tidak akan bersatu. Sebagai seorang PNS saat Orde Baru berkuasa, Ibuku adalah kader Golkar. Suka atau tidak suka seluruh keluarga juga diwajibkan memilih Golkar. Tapi itu tidak berlaku buat Bapakku, beliau tidak sudi memilih Golkar.

Selama Orde Baru, beliau memilih golput. Tentang beda pilihan politik ini, Ibuku juga tidak pernah mempermasalahkannya walaupun risikonya sangat besar saat itu.

Di kemudian hari baru aku mengerti kenapa Bapak tidak sudi memilih Golkar dan memilih golput, buku Di Bawah Asap Pabrik Gula yang ditulis Hiroyosi Kano dan Frans Husken yang diterbitkan oleh Universitas Gadja Mada, membukakan mataku akan sejarah kelam dari keluarga Bapak.

Buku yang membahas hasil penelitian tentang masyarakat pesisir Jawa sepanjang abad 20 ini, salah satu babnya membahas konflik politik setelah tragedi 65. Diceritakan dalam bab tersebut bagaimana keluarga Bapak dibantai oleh gerombolan tentara dengan tuduhan sebagai antek PKI.

Menghargai perbedaan memang tidak mudah, baik agama maupun pandangan politik. Perbedaan agama misalnya seringkali menjadi sumbu pertikaian yang setiap saat bisa terbakar. Pun demikian soal tragedi 65, rekonsiliasi belum menjadi pilihan terbaik untuk mengakhiri konflik yang melelahkan anak bangsa ini. Untuk kedua masalah tersebut kedua orang tuaku lebih memilih jalan dialog untuk merangkul perbedaan.

Apakah dengan latar belakang keluargaku yang penuh perbedaan sudah cukup untuk mengenalkan aku tentang toleransi? Tentu saja tidak cukup. Pengalaman tinggal di Maumere Flores selama hampir lima tahun yang kemudian ‘mengkhatamkan’ aku tentang toleransi, ini pengalaman paling pribadi dan akan aku ceritakan dalam tulisan ini.

Tahun 2010 aku mendapatkan tugas untuk bekerja di Pulau Flores, tepatnya di Kabupaten Sikka. Aku tinggal di sebuah desa di pesisir utara 30 kilometer dari kota Maumere, Desa Reroroja namanya. Di Desa ini mayoritas penduduknya beragama Katolik, hanya sedikit saja yang muslim, biasanya pendatang dan orang dari suku Bajo.

Di desa ini orang Katolik dan Muslim hidup damai dalam perbedaan, tidak ada sejarah konflik antara keduanya. Dari tempat inilah aku mulai belajar tentang toleransi yang sesungguhnya.

Awalnya kekhawatiran tidak bisa diterima karena aku seorang muslim sempat terlintas dalam pikiranku, tapi semuanya sirna saat aku bertemu dengan mereka, keramahan dan kehangatan mereka begitu tulus menyambutku. Begitu pun ketika mereka tahu kalau aku seorang muslim mereka sangat menghormatiku. Misalnya saat aku berkunjung ke rumah-rumah mereka, tanpa diminta mereka selalu menyediakan tempat untuk salat.

Untuk tempat salat ini kadang aku sampai tidak enak sendiri, mereka memberikan alas kain tenun terbaik mereka untuk dijadikan sajadah padahal lantai rumahnya masih tanah.

Untuk makan pun mereka sangat hati-hati, mereka tahu kalau seorang muslim tidak makan daging babi dan anjing. Saat aku diundang ke acara pesta nikah atau acara sambut baru, menu khusus telah mereka siapkan berupa ayam dan ikan.

Biasanya sebelum ayam dimasak mereka mengundangku terlebih dahulu untuk menyembelih sendiri ayamnya. Tidak hanya dalam pesta, di hari-hari biasa pun saat mereka mengundangku makan bersama, mereka tidak akan menyediakan makanan yang dilarang oleh agamaku.

Saat acara makan bersama, yang paling aku sukai adalah saat mereka membaca doa, doanya, “Tuhan yang maha baik, terima kasih atas makanan yang telah Engkau sediakan ini, berkatilah makanan ini supaya menjadi sumber kesehatan bagi kami, berkatilah mereka yang telah menyiapkan makanan ini untuk kami, dan berkatilah pula orang-orang di luar sana yang masih kelaparan atau yang belum dapat menikmati makanan seperti ini, Terima kasih Tuhan, amin.

Jujur ketika pertama kali mendengar doa tersebut aku sampai menitikkan air mata, bukan karena kehangatan mereka dalam menjamuku, tapi karena ditengah kemiskinan yang mereka alami mereka masih mendoakan orang-orang yang kelaparan, yang belum bisa menikmati makanan seperti yang kami makan saat itu.

Acara makan bersama menjadi tempat kami untuk saling berbagi, tidak hanya makanan dan kebahagiaan tetapi juga berbagi doa, tanpa ragu mereka mempersilahkan aku untuk memimpin doa secara bergantian, tentu saja doa sesuai dengan keyakinanku.

Satu lagi peristiwa yang membuat aku menyakini bahwa toleransi tidak mengenal sekat-sekat keyakinan, saat salah satu tetanggaku meninggal dunia, namanya Mama Tini. Beliau seorang muslim yang dihormati di kalangan orang Bajo. Saat penguburan dilakukan beliau didoakan dalam doa dua agama, Islam dan Katolik. Tidak ada penolakan dari keluarga saat perwakilan tokoh agama Katolik memimpin doa dan memberikan khotbah penutup kepada almarhum.

Pengalaman tentang toleransi kemudian banyak aku dapatkan tidak hanya di Maumere, tetapi juga di daerah-daerah lain di Pulau Flores. Di Larantuka aku banyak belajar pada acara perayaan Semana Santa, di mana orang muslim membaur dengan orang Katolik untuk merayakan bersama pekan suci menyambut Paskah. Di Lembata, temanku yang Katolik rela bangun tengah malam hanya untuk menyiapkan makan sahur saat di bulan puasa.

Di Ende banyak aku temui dalam satu keluarga ada yang beragama Islam dan Katholik. Mereka begitu tulus menghormati perbedaan dan melakukannya dengan penuh kegembiraan. Bagiku Pulau Flores adalah kamus toleransi terlengkap yang ada di Indonesia bahkan di dunia.

Penghormatan umat Katolik di Pulau Flores terhadap perbedaan, mengingatkan aku pada cendekiawan Muhammad Abduh yang pernah mengatakan, “Ra’aitu al Islama duna al muslimin, wa ra’aitu al muslimin duna al-islam,” ya nilai-nilai Islami terlihat di tengah masyarakat nonmuslim, sementara umat Islam hidup tanpa nilai-nilai Islam.

Kondisi ini sangat relevan dengan apa yang terjadi saat ini, di mana daerah-daerah mayoritas muslim tidak ramah lagi dengan perbedaan, gerombolan intoleran tumbuh subur dan penguasa daerah berlomba-lomba menerbitkan peraturan untuk membungkam toleransi.

Toleransi tidak lahir dari khotbah di mimbar-mimbar tempat ibadah, forum diskusi, dan kebijakan penguasa, ia lahir dari sebuah tindakan, dan tindakan membutuhkan sebuah kejujuran. Umat Katolik di Flores telah membuktikan bahwa toleransi adalah sebuah tindakan bukan lagi perdebatan, apalagi hanya sekedar slogan semata.

Aku berharap di usia yang ke 71 tahun ini, Indonesia benar-benar merdeka. Tidak ada lagi penganut Syiah di Sampang menjadi pengungsi, tidak ada lagi perusakan Masjid Ahmadiyah, tidak ada lagi teror bagi penghayat kepercayaan, kemudahan mendirikan tempat ibadah apapun agamanya, dan juga tidak ada lagi pembubaran forum-forum diskusi.

Sebagai orang tua saat ini, tentu saja aku ingin mewariskan cerita dari Ibuku kepada anak-anakku bahwa semua agama mengajarkan kebaikan dan kedamaian.


sumber: disini
[Continue reading...]

Jumat, 21 Oktober 2016

Raja Muslim dari Bahrain, menyumbangkan lahan untuk bangun Gereja

- 0 komentar

Hamad bin Isa al Khalifa, yang merupakan raja negara Bahrain menyumbangkan sebidang tanah untuk pembangunan gereja Koptik ke-2 di ibukota Manama, Bahrain. 

Hal ini disampaikan oleh imam Koptik Ortodoks, Pastor Royce George, yang menghadiri pelayanan pastoral di Bahrain.

Gedung gereja Koptik ini akan menjadi tempat ibadah bagi sekitar 1.500 keluarga Koptik yang tinggal di Bahrain dan Arab Saudi.

Sumbangan itu, katanya, merupakan realisasi dari ucapan Raja Hamad saat bertemu dengan Imam Royce di Mesir pada April 2016 silam. Sumbangan itu juga diakui sebagai dukungan untuk menciptakan ‘toleransi beragama’ yang semakin baik di Bahrain.

Tindakan menyumbangkan tanah ini bukan kali pertamanya dilakukan Raja Bahrain berkeyakinan Islam Sunni ini. 

Tahun 2013 lalu, dia juga telah menyumbangkan tanah seluas 9000 meter persegi untuk pembangunan Gereja Katolik di Kotamadya Awali.

Gereja Katolik yang dibangun tahun 2014 ini kemudian menjadi Katedral Katolik untuk kerajaan yang didedikasikan kepada istri raja Arabia.

Kendati begitu, tindakan kemurahan yang dilakukan Raja Hamad ini tetap dikritisi berbagai organisasi internasional. 

Mereka menuduh raja telah bertindak diskriminatif terhadap kaum mayoritas Syiah Bahrain.

Namun hingga berita ini diturunkan, tuduhan tersebut belum diketahui kebenarannya. Raja bahkan tidak memberikan klarifikasi terkait hal itu.

sumber: disini
[Continue reading...]

Jumat, 07 Oktober 2016

Berita mengenai pengusiran gadis miskin dari Gereja itu adalah Hoax, menurut Klarifikasi Romo

- 0 komentar

Pada Kamis, 6 Oktober 2016, media sosial diramaikan dengan pemberitaan tentang pengusiran seorang gadis, Martina Kolas yang ingin menerima Sakramen Komuni Pertama (Sambut Baru), oleh seorang pastor, di stasi Lirikelang-Sikka-NTT, pada Minggu 2 Oktober 2016. 

Menurut laporan serggapntt.com yang juga dipublikasikan oleh matakatolik.com, alasan pengusiran tersebut disebabkan oleh ibunda Martina, yakni mama Ertina Lodan masih memiliki tunggakan di Gereja Paroki Nita, Keuskupan Maumere, sebesar Rp634 ribu.

Pagi ini, Jumat 7/10/2016, Media MK.com, terus mencoba meminta klarifikasi  langsung soal kejadian ini  dengan Rm. Stef Labuan, via telepon dan SMS,  namun pastor yang bersangkutan belum mengangkat telepon dan membalas SMS dari Matakatolik.com untuk mengklarifikasi kejadian tersebut.

Namun, Media MK. Com, menghimpun informasi dari rekan imam  Rm. Stef Labuan, yang saat ini bertugas di Semeinari Tinggi St. Petrus Ritapiret- Keuskupan  Maumere yakni Rm, Ansel Liwu, Pr. terkait klarifikasi kejadian ini.

Rm. Ansel, dapat mengklarifikasi hal ini, karena sudah melakukan pembicaraan empat mata dengan Rm. Stef Labuan, kemarin Kamis, 6/10/2016.

Rm. Ansel, kepada media  MK.com, Jumat, 7/10/2016, menjelaskan bahwa pemberitaan yang dipublikasi oleh beberapa media online itu tidak seratus persen benar. 

”Rm Stef tidak mengusir anak tersebut, apalagi dengan alasan tunggakan keuangan Gereja. 

Peristiwa ini bukan pengusiran melainkan PEMBATALAN atau DITUNDA penerimaan komuni pertama/sambut baru untuk gadis kecil tersebut,” jelas Rm. Asel. 

Pembatalan jelanya, karena ada kesepakan umat (Gereja setempat) bahwa setipa calon penerima komuni pertama harus mengikuti katekese persiapan komuni pertama secara penuh. 

Namun, gadis tersebut tidak mengikuti katekese persiapan tersebut secara total/penuh. Hal inilah yang melatarbelakangi terjadinya pembatalan tersebut.

sumber : disini
[Continue reading...]

Kamis, 06 Oktober 2016

Lepas dari Duo ratu besutan Maia Estianty, Pinkan Mambo Jadi Aktivis Gereja

- 0 komentar

Siapa yang tidak mengenal duo Ratu yang sukses meraih popularitas di awal kemunculannya. 

Adalah Maia Estiaty, sang pendiri yang juga menggaet Pinkan Mambo sebagai salah satu personel Ratu yang dibentuk tahun 1999 silam.

Namun, di akhir tahun 2004, Pinkan memilih untuk hengkang dan bersolo karier. 

Setelah berjuang seorang diri di dunia hiburan, belakangan nama Pinkan jarang terdengar lagi.

Tidak hanya tetap mempertahankan eksistensi sebagai penyanyi dengan meluncurkan single bertajuk Coming Back, pemilik nama lengkap Pinkan Ratnasari Mambo ini ternyata aktif dalam kegiatan rohani. 

Ia menjadi salah satu aktivis di Gereja dan melayani para jemaat.

Hal tersebut nampak dari sederet momen yang Pinkan Mambo bagikan di akun Instagram pribadinya. 

Momen-momen tersebut membingkai berbagai kegiatan rohani yang dijalankan Pinkan.

Satu hal yang menarik ketika menyimak penampilan pelantun Cintaku Dimutilasi ini. 

Ia mewarnai rambutnya dengan sentuhan pirang dengan potongan poni yang cukup pendek.

Pinkan Mambo memang dikenal sebagai salah satu artis tanah air yang kerap tampil 'berani' untuk urusan rambut. 

Ia pernah mencoba berbagai model dan warna rambut.

Selain kegiatan rohani dan menyanyi, Pinkan tidak melupakan perannya sebagai seorang ibu. 

Kedekatan dirinya dan ketiga buah hati juga diabadikan dalam potret yang ia bagikan di Instagram.

Dari pernikahan terdahulu, Pinkan Mambo telah melahirkan Muhammad Alfa Rezel dan Michelle Ashley Rezya. 

Ia kembali menikah dengan seorang pembuat video klip, Steve Wantania tahun 2013 di Los Angeles. 

Dari pernikahan ini, Pinkan dan Steve dikarunia buah hati, Queen Chara Wantania.


sumber : disini

[Continue reading...]

Selasa, 04 Oktober 2016

FJI Ancam Serbu Paroki Santo Yakobus Bantul, FJI apa lagi ya?

- 1 komentar

BANTUL - Pada hari Senin, 3 Oktober 2016 pukul 09.30 WIB, di Markas Front Jihad Islam (FJI) Jalan Bibis 43 Padokan Lor Tirtonirmolo Kasihan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta telah berkumpul sekitar 15 orang. 

Para laskar FJI berkumpul dalam rangka persiapan menyerbu Gereja Santo Yakobus Alfeus Dusun Kamijoro, Sendangsari, Pajangan Bantul. Laskar FJI menolak keberadaan Patung Wajah Kerahiman dan Taman Doa Santa Maria karena dituding menyebarkan kegiatan Kristenisasi.

Adapun kronologi peristiwa sebagai berikut :

1. Komandan DPP FJI Bantul Abdurahman atau Durrohman mengatakan:
a. FJI melakukan penolakan Patung Wajah Kerahiman dan Taman Doa Santa Maria dengan alasan pemasangan patung Kerahiman dengan ukuran 4x4 meter dan tinggi 6 meter serta pembuatan Taman Doa Santa Maria mengindikasikan Gereja Santo Yakobus Alfeus akan mengembangkan ajaran Kristenisasi di wilayah Pajangan.

b. Indikasi Kristenisasi terlihat saat peresmian Patung Wajah Kerahiman dan Taman Doa Santa Maria yakni pihak Gereja mengundang warga Muslim sekitar gereja yang tidak memiliki pengetahuan ajaran Islam yang kaffah sehingga mudah dipengaruhi. Ini yang menjadi keberatan FJI kenapa peresmian melibatkan warga Muslim yang tidak ada sangkut pautnya dengan gereja.

c. Kedatangan ke Gereja Santo Yakobus Alfeus adalah untuk mengklarifikasi dan menanyakan apa tujuan pihak Gereja mengundang umat Muslim sekitar Gereja untuk menghadiri peresmian tersebut.

2. Pukul 10.00 WIB, rombongan FJI meninggalkan markas menuju Balai Desa Sendangsari Pajangan untuk bertemu Lurah Sendangsari dan Kepala Dukuh Kamijoro untuk mengklarifikasi kegiatan peresmian Patung Wajah Kerahiman dan Taman Doa Santa Maria yang melibatkan umat Islam yang tidak terlalu paham akidah.

3. Pukul 10.28 WIB, di Balai Desa Sendangsari berlangsung Pertemuan FJI dengan Irwan (Lurah Sendangsari), isi laporan : 1) Ustadz Syaiful Bahri (LBH Alfard FJI) mengatakan :
a. FJI mengklarifikasi dan mempersalahkan kenapa acara gereja mengundang umat Islam dan menyatakan gereja sudah melakukan kesalahan karena orang yang sudah punya agama diundang dalam kegiatan agama lain, ini permasalahan akidah. 

Ini bukan masalah toleransi atau inkontoleransi tapi lebih kepada persoalan legal dan ilegal apakah sudah ada ijin dalam pembangunan Patung dan meminta pihak aparat desa untuk meninjau kembali pembangunan patung dan Taman Doa Santa Maria
b. FJI meminta aparat desa hanya sekedar klarifikasi dan tidak meminta pihak Gereja untuk mengurus ijin, karena dalam aturan harusnya ijin dulu baru dilakukan pembangunan. 

Tapi kalau sudah membangun baru ijin adalah bentuk pelanggaran hukum.

c. Meminta aparat Muspika segara melakukan klarifikasi agar masalah ini tidak berkembang ke arah tindakan anarkis dan aksi jihad karena umat Islam sudah dilecehkan.

d. FJI meminta aparat Muspika agar mempertemukan pihak FJI dengan Pendeta Gereja Santo Yakobus Alfeus agar permasalahan segera selesai karena permasalahan ini sangat sensitif.

2) Irwan (Lurah Sensangsari) mengatakan bahwa tidak tahu kalau ada umat Islam yang diundang dan terkait pembangunan Patung dan Taman Doa memang tidak ada ijin secara administrasi, kalau memang tidak sesuai prosedur maka akan saya tinjau kembali. 

Dan yang kita tahu patung tersebut sumbangan dari Warto (penduduk Bantul). Meminta FJI untuk memberi kesempatan kepada Muspika untuk bertemu pihak Gereja dan berjanji tidak akan mengarahkan pihak Gereja untuk mengurus ijin.

3) AKP Suyanto, S.H (Kapolsek Pajangan) mengatakan akan melakukan klarifikasi apakah sudah ada ijin atau belum, kalau memang belum akan kita koordinasikan dengan camat dan lurah. Meminta FJI untuk tidak melakukan langkah langkah di luar prosedural dan meminta FJI untuk tetap menjaga situasi tetap aman dan kondusif

4) Dra. Srikayatun ( Camat Pajangan ) mengatakan :

a. Bahwa sepengetahuan saya belum ada ijin dan kapasitas saya hanya menghadiri undangan dan tidak tahu itu patung wajah siapa.

b. Pihak kecamatan tidak tahu terkait aturan ijin pembuatan tugu atau patung

c. Pihak aparat pemerintah desa wajib hadir dalam rangka meningkatkan toleransi antar umat beragama.

5) Hasil kesepakatan, akan dilaksanakan pertemuan kembali pada hari Selasa, 4 Oktober 2016, pukul 10.00 WIB dengan agenda mempertemukan pihak FJI dengan pihak Gereja.

Pukul 11.30 WIB pertemuan selesai, FJI meninggalkan Balai Desa menuju Markas FJI dan tidak jadi mendatangi Gereja.

Pada hari minggu tanggal 2 oktober 2016 pukul 10.00-11.10 Wib bertempat di Gereja Santo Yakobus Alfeus Pajangan Bantul telah berlangsung acara pemberkatan dalam rangka peresmian Patung Wajah Kerahiman dan Taman Doa Santa Maria serta pesta nama wilayah Posari Gesikan ke 32, dihadiri sekitar 500 orang, antara lain : 

  1. Ir. Subiyanto Hadi, MM (Asisten 2 Bidang perekonomian dan pembangunan Kabupaten Bantul), 
  2. Iptu Muh Sugeng (Kanit Humas mewakili Kapolsek Pajangan), 
  3. Pelda Yohanes A Rasul Setiyawan (Bati TUUD Ramil Pajangan) 
  4. Dra. Srikayatun (Camat Pajangan), Irwan (Lurah Desa Sendangsari), 
  5. FX Suhanto, Pr (Romo Kepala Paroki Gereja Santo Yakobus Bantul), 
  6. Bonifasius Slamet (Ketua Dewan Paroki Gereja Santo Yakobus).

Front Jihad Islam (FJI) adalah organisasi kemasyarakatan Islam memiliki tujuan utama meningkatkan akhlakul karimah anggotanya khususnya dan mendorong upaya tatbiaqusyari'ah (penerapan syariat Islam) serta membangun kesadaran beragama Islam secara kaffah. 

Dalam mengimplementsaikan tujuannya, FJI berkomitmen terus berperan aktif dalam upaya meningkatkan, memperkokoh, mengawal, mengamankan tegaknya Syariah Islam baik di lingkungan internal anggotanya maupun di masyarakat pada umumnya. 

FJI senantiasa berprinsip amar ma'ruf nahi mungkar dan menjalankan kegiatannya secara persuasif namun tegas, sebagai manifestasi dari Islam yang rahmatan lilalamin atau rahmat bagi alam semesra. FJI memiliki semboyan yang sangat Islami “Hidup Mulia atau Mati Syahid”.

sumber: disini
[Continue reading...]

Senin, 03 Oktober 2016

Breaking NEWS: Basilika St Prassede di Roma Italy diserang sekelompok orang

- 1 komentar


Basilika St Prassede yang terletak dekat dengan Basilika Santa Maria Magiore diserang sekelompok orang dan menghancurkan semua patung yang ada di sana. 


Dari sekian orang pelaku, baru 1 orang tertangkap dan teridentifikasi sebagai orang keturunan Ghana.


Tadi malam individu non-Italia memasuki Basilika abad ke-9 dari Santa Prassede, hanya sekitar sudut dari Basilika Kepausan dari Saint Mary Major, pria lebih kuat mulai menghancurkan segala sesuatu yang ditemukan, terutama patung dan lilin, tepat sebelum sekelompok umat yang cukup takut.  


Dua patung kesalehan dari Saint Anthony dari Padua dan Saint Prassede rusak berat, penyerang tidak punya waktu untuk menyelesaikan pekerjaannya karena ia menuju tempat kudus dan salib ketika polisi tiba.

Pagi ini dua serangan lebih lanjut terjadi di Basilika San Giovanni de 'Fiorentini, di Via Giulia, dan San Vitale, di Via Nazionale.  


Di sini patung, lilin, salib hancur, pelaku saat ini sempat mengakui bahwa itu tidak benar bahwa kita menyembah dengan cara ini.


sumber : disini
[Continue reading...]

Sabtu, 01 Oktober 2016

Jono Mantap Ingin Menggelar Pernikahan Keduanya di Gereja Paulus, Menteng

- 1 komentar

Jonathan Peter Armstrong alias Jono sudah mantap menikahi perempuan pilihannya, Ika Citrasari atau Tjitje, pada 1 Oktober 2016 nanti. Jono memilih untuk mengucapkan janji sehidup semati di Gereja Paulus, Menteng, Jakarta Pusat.

Sebenarnya, Jono punya alasan tersendiri mengapa memilih tempat itu.

"Hmm.. Kalau di gereja kan sesuatu yang sangat spiritual ya, saya ingin merasakan sakralnya itu saja sih sebenarnya," kata Jono.

Berbeda dengan pernikahan pertamanya dengan Fauziah tahun 2001 silam di Aceh yang sepi dari ingar bingar.

Untuk pernikahan keduanya ini, Jono sudah menyewa sebuah gedung yang lokasinya tak jauh dari lokasi pemberkatan pernikahan.

baca juga: Gracia Indri Sedih Pisah Rumah dengan Suaminya

Menurut Jono, pernikahannya ini memang harus dibuatkan pesta mengingat Tjitje adalah anak tunggal orangtuanya.

"Lumayan heboh karena Tjitje anak satu-satunya. Tapi enggak lebay, enggak di gedung gede dan enggak ngundang satu negara juga.

Kita cuma ngundangin teman dekat dan keluarga. konsep indoor di gereja saja dan ada gedung di sebelah gereja untuk resepsi," kata Jono.

Sementara itu, untuk proses persiapannya, Jono mengaku sudah merampungkannya. Meski Jono dan Tjitje menggunakan jasa wedding organizer, namun mereka berdua tak mau begitu saja lepas tangan.

"Persiapannya masih siap-siapin perintilan buat dekor sama suvenir. Karena kebanyakan kita urus sendiri. WO ada tapi kalau kita mau kerjain sesuatu yang baik dan benar, ya harus kerjain sendiri," kata Jono.

sumber: disini
[Continue reading...]

Kamis, 29 September 2016

Kesaksian Basuki Tjahaha Purnama (Ahok)

- 0 komentar
Saya lahir di Gantung, desa Laskar Pelangi, di Belitung Timur, di dalam keluarga yang belum percaya kepada Tuhan. 

Beruntung sekali sejak kecil selalu dibawa ke Sekolah Minggu oleh kakek saya. Meskipun demikian, karena orang tua saya bukan seorang Kristen, ketika beranjak dewasa saya jarang ke gereja.


baca juga : Sebuah Quotes dahsyat dari Ahok: Kita harus biasakan yang benar, bukan membenarkan yang biasa

Saya melanjutkan SMA di Jakarta dan di sana mulai kembali ke gereja karena sekolah itu merupakan sebuah sekolah Kristen. 

Saat saya sudah menginjak pendidikan di Perguruan Tinggi, Mama yang sangat saya kasihi terserang penyakit gondok yang mengharuskan dioperasi. 

Saat itu saya walaupun sudah mulai pergi ke gereja, tapi masih suka bolos juga. Saya kemudian mengajak Mama ke gereja untuk didoakan, dan mujizat terjadi. 

Mama disembuhkan oleh-Nya! Itu merupakan titik balik kerohanian saya. 

Tidak lama kemudian Mama kembali ke Belitung, adapun saya yang sendiri di Jakarta mulai sering ke gereja mencari kebenaran akan Firman Tuhan.


baca juga : Patut jadi Panutan, Ahok: Saya Mempermalukan Gereja Kristen kalau Korupsi!

Suatu hari, saat kami sedang sharing di gereja pada malam Minggu, saya mendengar Firman Tuhan dari seorang penginjil yang sangat luar biasa. 


Ia mengatakan bahwa Yesus itu kalau bukan Tuhan pasti merupakan orang gila. 

Mana ada orang yang mau menjalankan sesuatu yang sudah jelas tidak mengenakan bagi dia? Yesus telah membaca nubuatan para nabi yang mengatakan bahwa Ia akan menjadi Raja, tetapi Raja yang mati di antara para penjahat untuk menyelamatkan umat manusia, tetapi Ia masih mau menjalankannya! 

Itu terdengar seperti suatu hal yang biasa-biasa saja, tetapi bagi saya merupakan sebuah jawaban untuk alasan saya mempercayai Tuhan. 

Saya selalu berdoa “Tuhan, saya ingin mempercayai Tuhan, tapi saya ingin sebuah alasan yang masuk akal, cuma sekedar rasa doang saya tidak mau,” dan Tuhan telah memberikan 

PENCERAHAN kepada saya pada hari itu. Sejak itu saya semakin sering membaca Firman Tuhan dan saya mengalami Tuhan.


baca juga : Di Gereja Kristus Yesus (GKY) Pluit ; Ahok Menuai Cintanya

Setelah saya menamatkan pendidikan dan mendapat gelar Sarjana Teknik Geologi pada tahun 1989, saya pulang kampung dan menetap di Belitung. 


Saat itu Papa sedang sakit dan saya harus mengelola perusahaannya. Saya takut perusahaan Papa bangkrut, dan saya berdoa kepada Tuhan. 

Firman Tuhan yang pernah saya baca yang dulunya tidak saya mengerti, tiba-tiba menjadi rhema yang menguatkan dan mencerahkan, sehingga saya merasakan sebuah keintiman dengan Tuhan. 

Sejak itu saya kerajingan membaca Firman Tuhan. Seiring dengan itu, ada satu kerinduan di hati saya untuk menolong orang-orang yang kurang beruntung.


baca juga : Gara-Gara Kaki Terinjak di Gereja, Jadi Awal Mula Kisah Cinta Ahok Dan Veronica

Papa saat masih belum percaya Tuhan pernah mengatakan, “Kita enggak mampu bantu orang miskin yang begitu banyak. 

Kalau satu milyar kita bagikan kepada orang akhirnya akan habis juga.” Setelah sering membaca Firman Tuhan, saya mulai mengerti bahwa charity berbeda dengan justice. 

Charity itu seperti orang Samaria yang baik hati, ia menolong orang yang dianiaya. 

Sedangkan justice, kita menjamin orang di sepanjang jalan dari Yerusalem ke Yerikho tidak ada lagi yang dirampok dan dianiaya. Hal ini yang memicu saya untuk memasuki dunia politik.

baca juga : Prinsip-prinsip Ahok dalam Berpolitik dan Memimpin.


Pada awalnya saya juga merasa takut dan ragu-ragu mengingat saya seorang keturunan yang biasanya hanya berdagang. 


Tetapi setelah saya terus bergumul dengan Firman Tuhan, hampir semua Firman Tuhan yang saya baca menjadi rhema tentang justice. 

Termasuk di Yesaya 42 yang mengatakan Mesias membawa keadilan, yang dinyatakan di dalam sila kelima dalam Pancasila. Saya menyadari bahwa panggilan saya adalah justice. 

Berikutnya Tuhan bertanya, “Siapa yang mau Ku-utus?” Saya menjawab, “Tuhan, utuslah aku”.
Di dalam segala kekuatiran dan ketakutan, saya menemukan jawaban Tuhan di Yesaya 41. 


Di situ jelas sekali dibagi menjadi 4 perikop. Di perikop yang pertama, untuk ayat 1-7, disana dikatakan Tuhan membangkitkan seorang pembebas. 

Di dalam Alkitab berbahasa Inggris yang saya baca (The Daily Bible – Harvest House Publishers), ayat 1-4 mengatakan God’s providential control, jadi ini semua berada di dalam kuasa pengaturan Tuhan, bukan lagi manusia. 

Pada ayat 5-10 dikatakan Israel specially chosen, artinya Israel telah dipilih Tuhan secara khusus.

Jadi bukan saya yang memilih, tetapi Tuhan yang telah memilih saya. 


Pada ayat 11-16 dikatakan nothing to fear, saya yang saat itu merasa takut dan gentar begitu dikuatkan dengan ayat ini. 

Pada ayat 17-20 dikatakan needs to be provided, segala kebutuhan kita akan disediakan oleh-Nya. 

Perikop yang seringkali hanya dibaca sambil lalu saja, bisa menjadi rhema yang menguatkan untuk saya. Sungguh Tuhan kita luar biasa.


baca juga : Ahok ke Jemaat Gereja: Doakan Kami Bisa Mewujudkan Keadilan Sosial


Di dalam berpolitik, yang paling sulit itu adalah kita berpolitik bukan dengan merusak rakyat, tetapi dengan mengajar mereka.


Maka saya tidak pernah membawa makanan, membawa beras atau uang kepada rakyat. 

Tetapi saya selalu mengajarkan kepada rakyat untuk memilih pemimpin: yang pertama, bersih yang bisa membuktikan hartanya dari mana. 

Yang kedua, yang berani membuktikan secara transparan semua anggaran yang dia kelola. 

Dan yang ketiga, ia harus profesional, berarti menjadi pelayan masyarakat yang bisa dihubungi oleh masyarakat dan mau mendengar aspirasi masyarakat. 

Saya selalu memberi nomor telepon saya kepada masyarakat, bahkan saat saya menjabat sebagai bupati di Belitung. 

Pernah satu hari sampai ada seribu orang lebih yang menghubungi saya, dan saya menjawab semua pertanyaan mereka satu per satu secara pribadi. 

Tentu saja ada staf yang membantu saya mengetik dan menjawabnya, tetapi semua jawaban langsung berasal dari saya.

Pada saat saya mencalonkan diri menjadi Bupati di Belitung juga tidak mudah. Karena saya merupakan orang Tionghoa pertama yang mencalonkan diri di sana. 


Dan saya tidak sedikit menerima ancaman, hinaan bahkan cacian, persis dengan cerita yang ada pada Nehemia 4, saat Nehemia akan membangun tembok di atas puing-puing di tembok Yerusalem.

Hari ini saya ingin melayani Tuhan dengan membangun di Indonesia, supaya 4 pilar yang ada, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya wacana saja bagi Proklamator bangsa Indonesia, tetapi benar-benar menjadi pondasi untuk membangun rumah Indonesia untuk semua suku, agama dan ras. 


Hari ini banyak orang terjebak melihat realita dan tidak berani membangun. Hari ini saya sudah berhasil membangun itu di Bangka Belitung. 

Tetapi apa yang telah saya lakukan hanya dalam lingkup yang relatif kecil. Kalau Tuhan mengijinkan, saya ingin melakukannya di dalam skala yang lebih besar.

Saya berharap, suatu hari orang memilih Presiden atau Gubernur tidak lagi berdasarkan warna kulit, tetapi memilih berdasarkan karakter yang telah teruji benar-benar bersih, transparan, dan profesional. 


Itulah Indonesia yang telah dicita-citakan oleh Proklamator kita, yang diperjuangkan dengan pengorbanan darah dan nyawa. Tuhan memberkati Indonesia dan Tuhan memberkati Rakyat Indonesia.

sumber : disini
[Continue reading...]

Rabu, 28 September 2016

Masuk Kristen, Asmirandah : Tuhan Sendiri Yang Memilih Saya !

- 0 komentar

Kabar Asmirandah masuk agama Kristen memang sudah bukan hal baru lagi. Sebelumnya, kabar ini terus santer dibicarakan. 

Sayangnya, tak banyak yang melihat secara langsung bagaimana saat pesinetron cantik itu menjalankan peribadahannya.

Namun, belakangan berita tersebut kembali ramai diperbincangkan dikalangan netizen. 

Apalagi memang sudah banyak beredar video unggahan saat Asmirandah melakukan kesaksian saat memutuskan menjadi Nasrani.

Sejak menikah dengan Jonas Rivanno, Asmirandah memang langsung memutuskan murtad dan pindah agama mengikuti keyakinan suaminya itu. 

Tak heran banyak yang beranggapan bahwa keputusan bintang film “Dalam Mihrab Cinta” masuk Kristen karena Jonas Rivanno.


Sayangnya, hal itu ditampik oleh Asmirandah yang menyebutkan bahwa keinginannya untuk pindah agama bukanlah karena ada paksaan dari orang lain ataupun karena permintaan sang suami, Jonas Rivanno. 

Dia menegaskan telah mendapat pencerahan untuk pindah agama Kristen.


Saya jadi pengikut Kristus karena orang lain, atau mungkin karena suami saya atau karena siapapun, ujung-ujungnya saya pasti kecewa. Tapi puji Tuhan roh kudus menuntun saya, dan saya tidak kecewa,” ungkap Asmirandah.

Bahkan istri Jonas Rivanno ini mengaku bahwa yakin dengan keputusannya dan semua itu sudah ada jalannya. 

Bahkan dia juga meyakini bahwa dirinya selalu mendapat bimbingan dari Yang Maha Kuasa yang sudah memilihnya.

Setiap kesaksian, saya memang selalu bilang bahwa saya pengikut Kristus karena pilihan. 

Memang bukan sejak lahir, tapi puji Tuhan bukan saya yang memilih, melainkan Tuhan sendiri yang memilih saya,” tandasnya.


Asmirandah dan Jonas Rivanno memutuskan menikah pada 2013 lalu. 

Mulanya Jonas Rivanno menikah dengan mengikuti agama sang kekasih. Sayangnya pernikahan tersebut dibatalkan karena ternyata Jonas Rivanno belum pindah agama.

Akhirnya keduanya diam-diam menikah lagi dengan agama yang mereka anut yakni Kristen. 

Hingga keduanya memutuskan menikah, pasangan ini memang tak pernah muncul lagi di kamera. Keduanya seolah hilang dari hadapan publik sejak pernikahan keduanya memicu kontroversi.

sumber : disini

[Continue reading...]

Sabtu, 24 September 2016

Untuk dukung toleransi, tempat ibadah baik masjid atau Gereja di cat Kuning.

- 0 komentar


Masjid dan gereja di daerah kumuh ibu kota Kenya, Nairobi, dicat kuning sebagai bagian dari usaha untuk mempromosikan toleransi agama dan meningkatkan kesatuan.

Sampai sejauh ini dua gereja dan satu masjid sudah dicat, tetapi rencananya program ini akan diperluas di daerah Kibera dan seluruh bagian negara itu.

Para pemimpin keagamaan mengatakan kepada BBC bahwa kadang-kadang muncul perasaan buruk di antara penganut Kristen dan Islam di Kenya, dan mencat gedung keagamaan adalah cara warga untuk tetap saling bergaul.

Dalam beberapa tahun terakhir, Kenya mengalami sejumlah aksi teror yang 'dianggap benar' menurut agama.

Pada permulaan bulan September, sebuah pengadilan Kenya memutuskan bahwa sekolah-sekolah Kristen tidak boleh melarang perempuan.

Muslim mengenakan jilbab sebagai bagian dari seragam mereka karena para penyelenggara pendidikan harus merangkul prinsip keberagaman dan nondiskriminasi.

Sekitar 11% penduduk Kenya adalah Muslim, sementara 83% memeluk agama Kristen.

Sebelumnya, sekolah-sekolah negeri sudah membolehkan penggunaan jilbab.

sumber : disini
[Continue reading...]

Jumat, 23 September 2016

Atas dalih Laporan Warga!, FPI Kepung Gereja Toraja di Cendrawasih

- 1 komentar

MAKASSAR - Aksi yang dilakukan sejumlah masyarakat Kompleks Patompo bersama Fornt Pembela Islam (FPI), diketahui terjadi untuk menghentikan pembangunan Gereja Toraja Jalan Cendrawasih III, Jumat (23/9/2016). 

Menurut Humas FPI, Arman Rahman, aksi yang dilakukan kali ini atas dasar penerimaan laporan dari warga Patompo yang menganggap, pembangunan Gereja ini tidak dilengkapi dengan IMB.

"Dua hari lalu, ada warga yang datang ke kantor untuk melapor terkait pembangunan gereja yang tidak dilengkapi dengan IMB.

Memang dulu waktu pembangunan walikota yang letakkan batu pertama tapi belum tentu ada izinnya," kata Arman sesaat lalu.

Ia menjelaskan, pihaknya terpaksa melakukan aksi lantaran warga kompleks Patompo menolak keras pembangunan Gereja Bunturannu, karena dianggap banyak jemaat yang tidak bermukim di Kompleks Patompo.

"Sudah tidak sesuai dengan jemaat yang bermukim di kawasan kompleks Patompo. 

Warga juga merasa tidak pernah mendatangi persetujuan pembanguan Gereja," jelasnya.

Untuk itu, mereka yang mengatasnamakan warga Patompo menolak pembangunan lantai tiga Gereja Toraja. 

Para warga pun sudah menyetujui pemberhentian pembangunan gereja.

Aksi yang berlangsung kurang lebih satu jam ini akhirnya berhenti setelah, kedua pihak dari FPI dan Pengelola Gereja melakukan negosiasi. 

Walaupun begitu, FPI masih akan melakukan aksi susulan apabila masih terdapat pembangun gereja.

sumber : disini
[Continue reading...]

Selasa, 20 September 2016

Toleransi, Bupati Resmikan Bangunan GPIB, Ajak Warga Ringan Tangan Bantu Sesama

- 0 komentar

Umat Kristen Protestan Pelita Kasih Sangatta Pos Pelayanan dan Kesaksian (Pelkes) Maranatha, sektor Sangatta, menyambut dengan suka cita dengan diresmikannya Bangunan Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB), di Desa Mukti Jaya Satuan Pemukiman (SP3) Kecamatan Rantau Pulung (Ranpul), Minggu, (21/8/2016). 

Pendeta Marthen Leiwakabessy mengatakan, peresmian GPIB menjadi suatu kebanggaan dan patut disyukuri serta dimaknai positif. 

Terutama berkaitan dengan keberlangsungan umat Kristiani di Ranpul.

GPIB diketahui hadir di semua wilayah Indonesia, mulai kota besar hingga dipulau-pulau terpencil dan terluar.

“Ini merupakan bentuk toleransi sesama umat yang diperlihatkan oleh Pemkab Kutim,” sebut Marthen yang merupakan Ketua 1 Majelis Sinode Pendeta.

GPIB diresmikan langsung oleh Bupati Kutim Ismunandar saat kunjungan kerja ke Ranpul. 

Ditandai dengan penandatanganan prasasti. Ismunandar mengatakan, peresmian bangunan baru GPIB Desa Mukti Jaya merupakan berkat dari Tuhan YME yang patut disyukuri.

Ia menuturkan, apabila umat beragama banyak membantu sesama manusia, tentunya Tuhan YME akan memperhatikan umatnya.

“Ayo, mari ringan tangan membantu, utamanya kepentingan umat,” ajak Ismu di hadapan masyarakat. 

Dibalik keragaman beragama, lanjut Ismu, tentunya sikap toleransi akan muncul dengan sendirinya.

Hal itu harus dibangun bersama-sama melalui sikap saling menghargai. 

Kegiatan peresmian hari itu dilanjutkan dengan penyerahan kelengkapan sekolah, seperti tas dan buku tulis kepada 100 anak Rantau Pulung.

 Sumber : disini
[Continue reading...]

Duet Sari Simorangkir dan Jack Marpaung sampaikan Kesaksian Rohani di Batam

- 0 komentar


Sari Simorangkir dan Jack Marpaung dan sederet artis-artis rohani lainnya memberikan kesaksian rohani dalam KKR kesembuhan ilahi Kasih Melanda Batam dan seminar akhir zaman.

KKR yang berlangsung selama tiga hari berturut-turut, mulai hari Selasa-Kamis (20-22/9/2016) itu dilaksanakan mulai pukul 18.00-21.00 WIB di lapangan parkir Stadion Temenggung Abdul Jamal.

Ketua panitia acara, Richard Pasaribu mengatakan bahwa KKR ini diinisiasi oleh beberapa pendeta dari Jakarta serta yang di Batam. 

Sehingga, unsur kepanitian pun datang dari jaringan saja, dari semua gereja.

"KKR kita laksanakan selama tiga hari, per harinya dua artis rohani akan memberikan kesaksian. 

Sedangkan acara seminar akhir zaman, hanya dua hari mulai besok sampai Kamis pukul 08.00 sampai 12.00 WIB di GBI house of glory DC Mal," kata Richard Pasaribu.

Kebaktian akbar besar tersebut diharapkan mampu memberikan penyegaran rohani dan kebangunan rohani kepada umat kristen di Batam.

"Tantangan hidup di dalam keimanan ini semakin banyak. Kita berharap ini menjadi pencerah buat umat kristen, supaya hidup kita berubah. 

Kalau dulu kita sempat hilang, maka kita bisa bertobat kembali dan menjadi manusia baru dalam proses keimanan," tutur dia.

Tak hanya memberikan penyegaran rohani, nantinya juga akan ‎ada penyembuhan secara mujizat kepada umat yang mengidap sakit penyakit.

"Beberapa pendeta kita jugakan ada yang memiliki karunia menyembuhkan secara mujizat. Jadi nanti akan dibuka juga tantangan untuk ini," ujarnya.

‎Selain sederet artis tersebut, pendeta-pendeta yang ikut mengisi kegiatan tersebut seperti Pdt Robinso Nainggolan dan Pdt MH Siburian. 

Sementara untuk seminar akhir zaman akan dibawa oleh Pdt Timotius Subekti dan Pdt Jusuf B.S. 

sumber: disini

[Continue reading...]
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Copyright © . TAKUdaGEMA - Tak Kulihat dari Gereja Mana - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger